Makna Simbolik pada Banua Layuk Rumah Tradisional Mamasa, Sulawesi Barat

Authors

  • Stephanie Melinda Frans Program Studi Desain Interior, Universitas Kristen Petra, Surabaya.
  • Laksmi Kusuma Wardani Program Studi Desain Interior, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

:

https://doi.org/10.9744/interior.13.1.11-20

Keywords:

Simbol, Makna, Rumah Tradisional Mamasa

Abstract

Banua  yang  berarti  rumah,  merupakan  rumah  tradisional  yang  dimiliki  masyarakat  Mamasa,  bukan  hanya  sebagai  tempat  untuk berlindung (fungsi praktis) dan ungkapan estetis belaka, tetapi juga dipahami mengandung fungsi simbolik yaitu wujud dari cita-cita dan  pandangan  hidup  masyarakat  Mamasa,  selain  itu  difungsikan sebagai tempat untuk melakukan adat ritual, serta tempat  untuk memelihara  ternak.  Penelitian  ini  membahas  mengenai  makna  simbolik  pada  Banua  Layuk  antara  lain  tata  letak  bangunan,  arah hadap/orientasi bangunan, bentuk dan struktur bangunan, organisasi dan sirkulasi ruang,  elemen pembentuk ruang, elemen pengisi ruang,  elemen  transisi,  dan  ragam  hias.  Metode  analisis  data  yang  digunakan  yakni  metode  analisis  deskriptif  dengan  pendekatan hermeneutika Paul Ricouer. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa rumah tradisional Mamasa adalah rumah paradoks, yang berarti  bahwa di dalam rumah tradisional ini terdapat banyak unsur-unsur/pasangan koordinasi ruang  yang bertolak belakang atau berlawanan  tetapi  dapat  harmoni  menjadi  satu  kesatuan  sebuah  rumah  tradisional.  Bentuk  visual  rumah  tradisional  Mamasa  ini menghadirkan simbol kesatuan yang harmoni antara yang transenden (vertikal) dan yang imanen (horizontal). Filosofi dan pandangan hidup  masyarakat  Mamasa  dapat  ditemukan  pada  elemen  rumah  tradisional  Mamasa,  baik  elemen  arsitektural,  interior,  maupun makna ragam hiasnya.

References

Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Ricoeur, Paul. 2003. Filsafat Wacana: Membelah Makna dalam Anatomi Bahasa. Yogyakarta: IRCiSoD.

Sumaryono.E. 1999. Hermeneutik sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Driyanti, Restituta. 2011. Makna Simbolik Tato bagi manusia Dayak dalam kajian hermeneutika Paul Ricouer, dalam url http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20216803-T28858- Makna%20simbolik.pdf

Mandadung, Arianus. 2005. Keunikan Budaya Pitu Ulluna Salu, Kondosapata, Mamasa. Mamasa.

Sumardjo, Jakob. 2006. Estetika Paradoks. Bandung: Sunan Ambu Press.

Pemerintah Kabupaten Mamasa Perpustakaan dan Arsip daerah. 2013. Hukum Adat & Pemali Apparandanna Kabupaten Mamasa. Mamasa.

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Downloads

Published

2019-02-21

Issue

Section

Articles